Dalam aspek fotografi, sering kita mendengar istilah exposure seperti under exposure dan over exposure. Sejamaknya apa sih exposure itu? Exposure ialah istilah dalam fotografi yang mengacu menjumpai sebanyak sorot yang jatuh ke medium Gambar hidup atau sensor gambar) yang akan mempengaruhi seberapa terang dan gelapnya foto yang dihasilkan oleh kamera.
Untuk membayar fotografer demi sistematika yang tepat, pemotret modern di lengkapi dengan alat yang bernama Lightmeter. Lightmeter dapat menaksir intensitas sorot yang masuk ke kamera sehingga didapatlah exposure yang bersahaja atau istilah yang lain correct exposure.
Cutel lama pembuat tustel menyematkan fitur Lightmeter pada produk mereka, alasannya karena memang tak mudah bagi bani adam untuk memahami seperti apa penataan yang pas untuk menerima penyorotan yang benar. Beruntunglah saat ini rampung ada teknologi digital yang mampu secara cepat angkat tangan citra gambar sebelum dan sekejap selesei pemotretan sehingga engkau bisa spontan ingat apakah pengaturan pemotret selesai benar atau belum.
Bagi pemula, kebanyakan pengambilan gambar dilakukan dengan mengandalkan eksposur otomatis yang disediakan Kodak biasa dinamakan Mode Auto. Sekalipun jika situ mendalami bagaimana mengontrol eksposur, engkau bisa untuk foto dengan eksposur yang benar dan kreatif.
Apa itu eksposur kreatif? Eksposur kreatif yaitu eksposur lumrah dengan meneruskan sila seni dan moral estetika pada satu buah foto, artinya satu buah foto tak kecuali perlu benar terang gelapnya, tapi pula dituntut mesti kreatif. Nah, untuk menolong foto dengan eksposur kreatif, pahami dulu apa itu eksposur.
Apa Itu Exposure dan Mode Exposure
Meraih eksposur yang benar sebagai menabung air hujan di dalam ember. Meski tingkat curah hujan yang datang tidak dapat dikendalikan, tapi ada 3 factor yang kaya di kendali Situ ialah :
- Lebar penampang ember.
- Saat peletakan ember di curah hujan.
- Berapa banyak air hujan yang ingin kamu kumpulkan.
Kamu hanya perlu menentukan air yang ditampung tidak terlalu sebentar (kurang terang) atau jangan sampai terlalu banyak (terlalu terang). Kuncinya merupakan dengan mengkombinasikan retakan lebar penampang ember, waktu serta kuantitas untuk mendapatkan sebanyak jumlah air yang tepat.
Misal untuk meraih jumlah air yang tepat, anda bisa mengangkat kurang waktu namun menentukan penampang ember yang lebar, atau mengacu waktu yang lebih lama namun menguntukkan penampang ember yang lebih kecil. Dari bak di atas :
- aperture adalah lebar penampang ember.
- waktu yakni shutter speed.
- kuantitas air adalah ISO.
dan hal yang tidak bisa engkau kendalikan merupakan curah hujan, sama seperti intensitas cahaya alami yang pastinya tidak bisa dikendalikan oleh fotografer.
Exposure Tidak Galib (Under Exposure dan Over Exposure)
Secara Keseluruhan exposure dipengaruhi oleh 7 hal, yaitu:
- Varietas dan intensitas mata air cahaya.
- Respon benda bagi cahaya.
- Jarak pemotret dengan benda.
- Shutter Speed.
- Bukaan/Aperture/Diafragma.
- Dosis ISO/ASA gambar hidup yang digunakan.
- Penggunaan filter tertentu.
Tingkat exposure akan mempengaruhi tingkat kecerahan foto dengan cara Keseluruhan Tidak hanya itu, respon tiap benda pada satu buah karya fotografi akan berbeda, dengan pengolahan yang tepat, fotografer bisa membentuk emphasis yang dihasilkan. Ada 2 gaya exposure tidak Sederhana yaitu over exposure dan under exposure.
- Over exposure yaitu kelapangan foto di mana eksposur diambil lebih lama dari yang diinstruksikan oleh lightmeter, atau topik yang dibekuk lebih terang dari sebenarnya.
- Sementara under exposure adalah batas hidup Sekalipun bikinan foto terlalu gelap.
Meski sebetulnya tak ada tingkatan yang benar atau salah dalam pelantikan exposure, seumumnya tergantung tingkat emphasis dan produk foto yang diharapkan oleh fotografer. Dalam bukunya yang berjudul Understanding Exposure, Bryan Peterson mengasongkan ilustrasi tentang 3 set yang harus dipahami untuk mengusahakan exposure yang prasaja (correct exposure). Ke3 hal ini biasa dinamakan dengan segitiga eksposur (the triangle exposure). Setiap komponen ini berhubungan erat dengan Cahaya bagaimana sorot masuk dan berinteraksi dengan Alat potret Apa saja?
1. ISO/ASA atau film speed.
Selaku definisi, ISO yakni takaran tingkat sensifitas sensor kodak terhadap Sinar dikembangkan oleh ASA (American Liwa Association) dan ISO (International Standard Organitation).
Pada camera kita akan memantau ISO 100, ISO 200, ISO 400 dan seterusnya, ini merupakan nilai ISO dimaksud. Semakin tinggi ISO, semakin tinggi pula sensitifitas sensor/film bagi cahaya. ISO tinggi lazimnya diperlukan pada saat suasana penyorotan yang kurang atau Minim Karena intensitas sinar yang rendah, maka ISO perlu dinaikkan agak sensor menjadi lebih sensitif kepada Cahaya Namun ada efek dari penggunaan ISO yang tinggi, hasil foto menjadi noise atau berbintik.
2. Aperture
Aperture yakni bukaan lensa atau biasa disebut f-stop atau f-number. Aperture bisa diibaratkan seperti Ventilasi semakin besar jendela Di buka semakin banyak pula sinar yang masuk. Negeri pengumpulan sorot akan bertambah empat kali lipat pada setiap warga moral f-stop. Ada rumus untuk ini, tetapi situ tak butuh menghafalnya.
3. Shutter Speed
Shutter Speed yaitu rentang waktu/kecepatan rana yang dibutuhkan untuk demi bikinan foto dengan exposure normal. Tamsil kita mendengar “shutter speed foto ini yakni 1/30sec”, ini artinya kegesitan rana atau lamanya cahaya yang diijinkan masuk berkaitan sensor merupakan selagi 1/30 detik.
Mendalami Mode Exposure di Tustel Digital
Pada tustel digital, terselip penataan atau preset untuk kepada eksposure yang benar. Hampir semua camera digital memiliki salah satu dari Mode Exposure berikut :
- Auto.
- Program (P).
- Aperture Priority (Av).
- Shutter Priority (Tv).
- Advis (M).
- Bulb (B).
Masing-masing mode mempengaruhi bagaimana aperture, shutter speed dan ISO diatur untuk perlu eksposure yang tepat. Lebih tuturnya lihat diagram berikut :
- Auto (kotak hijau) » alat potret menyusun keseluruhan penataan sebagai otomatis.
- Program (P) » kodak menderetkan aperture dan shutter speed selaku Automatic Anda tengah bisa menggelar ISO dan sawab exposure. Pada beberapa Alat potret P pula berfungsi sebagai mode Av dan Tv.
- Aperture Priority (Av or A) » aperture dan ISO diatur selaku kaidah dan camera bakal menentukan shutter speed selaku otomatis.
- Shutter Priority Tv or S) » kebalikan dari Av, shutter speed dan ISO diatur dengan cara bukti dan kodak dapat mengadakan aperture dengan cara otomatis.
- Pendidik (M) » aperture, ISO dan shutter speed keseluruhannya diatur sebagai manual.
- Bulb (B) » ISO dan aperture diatur selaku Nasihat sementara lamanya shutter speed tergantung dari berapa lama tombol shutter, remote atau cable release dilepas. Mode ini pula menguntungkan untuk pengambilan exposure lebih dari 30 detik.
Terkecuali mode exposure di atas, kodak digital pun menyediakan beberapa preset tersila dari tujuan pemotretan. Mode yang paling umum adalah Landscape, Potrait, Sport dan Night.
Menggeluti Exposure Compensation
Exposure Compensation adalah fitur pada kodak untuk mengalihkan kreasi kira-kira exposure dengan menempatkan atau mengeataskan exposure meter. Feature ini biasa disimbolkan dengan EV +/-.
Kapan kudu menguntukkan feature ini? Exposure Compensation difungsikan pada saat membuat pemotretan namun desain yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang Diharapkan bilamana foto terlalu gelap atau terlalu terang sedangkan pengukuran exposure meter usai berada di tengah (correct exposure).
Foto terlalu gelap biasa tercipta pada saat melingsirkan tutul metering pada benda bercelup putih sumringah atau situasi backlight (ada sorot terang petitih matahari di belakang Benda padahal terlalu terang pada saat memberikan bintik metering pada benda berupa gelap. Jika diterima Demikian naikkan Exposure Compensation segede +1 EV atau sesuai keperluan agar foto legal lebih terang. Sebaliknya turunkan -1 EV atau sesuai keperluan agar keluaran foto menjadi lebih gelap dan bagi eksposur yang wajar.
Berikut tombol untuk merombak Exposure Compensation pada kamera digital. Exposure Compensation bukanlah elemen dari molekul penentu eksposur, feature ini melainkan memperbaiki ciptaan taksir auto exposure agar kreasi yang didapatkan sesuai keinginan.
- Jika menerapkan Exposure Compensation positif (+), maka hasil anggaran auto exposure pemotret dapat lebih terang dari sebelumnya.
- Jika menerapkan Exposure Compensation negatif (-), maka desain rumus auto exposure dapat lebih gelap dari sebelumnya.
Mencapai Eksposur Kreatif
Diawal mulanya saya sempat menyinggung berkenaan eksposur kreatif pada awal artikel, nah sesudah mengenal apa itu eksposur, sekarang saatnya menggeluti bagaimana cara mendapatkan eksposur yang kreatif.
Untuk mencarikan exposur yang benar (correct exposure), dibutuhkan sistematika ISO, Aperture serta Shutter Speed yang tepat. Alat potret dapat menyelenggarakan ini dengan anggaran yang betul dengan cara Otomatis tinggal atur saja ke pengaturan pemotret ke Mode Auto.
Apakah eksposur yang benar saja berakhir cukup? Tidak. Engkau hendaklah bisa menurunkan creative exposure atau eksposur kreatif, di sinilah kreativitasmu berperan.
Untuk memfilmkan potraiture, still life atau sejenisnya, kamu wajib bisa menyelesaikan benda agar faktor background menjadi bokeh (blur) maka benda utama lebih menonjol. Untuk bagi foto yang bokeh, maka f-number yang diperlukan ialah bukaan terbesar yang dimiliki lensa, sekiranya f/1.4.
Jika kondisi sinar cukup, tekan ISO hingga ke ISO 100 atau ISO 50 (pada fullframe) agar foto yang dihasilkan tidak noise. Perhatikan shutter speed..! Jika benda Berdiam diri usahakan kecekatan shutter tidak kurang dari 1/60s atau minimal 1 / Focal Length dari focal length (zoom) yang Dipakai tujuannya agar foto tidak shake (goyang).
Peribahasa focal length yang difungsikan 85mm, maka shutter speed minimal yakni 1/85s. Seluruh fotografer bahkan memajukan untuk memakai shutter speed minimal 1/2 x Focal Length, berarti 1/170s. Jika kecepatan minimal tidak didapat karena situasi sinar yang kurang, maka babak seterusnya adalah memperbanyak ISO. Naikkan ISO dari ISO 100 ke 400 dan seterusnya hingga menjumpai kelincahan minimal tadi.
Alasannya, daripada mencapai foto shake (goyang), lebih baik foto noise karena foto goyang tidak bisa dikoreksi dengan software editing sementara foto noise tengah bisa dikoreksi bahkan oleh kodak perorangan tanpa uluran tangan software.
Foto landscape idealnya ialah foto yang tajam sebagai total (larger depth of field). Sesuai dengan penggambaran Diawal mulanya untuk menjelang foto yang tajam sebagai keseluruhan maka f-number yang digunakan merupakan angka paling besar di lensa, sekiranya f/22.
Semakin besar f-number, semakin kecil pula jendela yang tersibak maka sinar yang masuk semakin Kurang Hal ini menyulut semakin lamanya shutter speed yang dibutuhkan. Berdasarkan shutter speed masih wajar (1/FL), kodak bisa dipegang dengan cara handheld, jika shutter speed sangat rendah, wajib gunakan tripod.
Pada pemotretan landscape, usahakan menentukan ISO paling rendah apabila ISO 100 atau ISO 50 karena foto landscape sepantasnya cekak noise agar foto kasatmata sangat tajam.